Jika Bung Karno menganggap atau memvonis para penghianat Islam sebagai Islamis-islamis sontoloyo, maka sudah semestinya jika para aktivis Penghianat Rakyat itu disebut juga sebagai aktivis-aktivis sontoloyo
Metropilar Pos - Lebih baik diasingkan
daripada hidup dalam kemunafikan. Kalimat pembuka ini adalah kalimat keramat
dari sosok Soe Hok Gie. Soe Hok Gie sendiri merupakan salah satu mahasiswa
generasi angkatan 1966 yang berhasil menumbangkan rezim orde lama. Namun bukan karena keberhasilannya tersebut
sehingga menjadikan namanya terabadikan
sampai di masa sekarang ini. Akan tetapi karena kekonsistenannya pada idealisme
kebenaran perjuangannya sehingga dia dikenang sampai sekarang ataupun bahkan
dijadikan sebagai kiblat para aktivis mahasiswa.
Tantangan
dalam dunia gerakan mahasiswa semakin komplet. Krisis atusias sudah melanda
dunia gerakan mahasiswa masa kini. Krisis antusias ini terjadi karena banyak
mahasiwa yang malas dan acuh tak acuh atau singkatnya apatis untuk ikut berjuang
dalam dunia gerakan mahasiswa. Namun bukan
hanya krisis antusias yang mencacatkan dunia gerakan mahasiswa melainkan juga
ketidakonsistenan mahasiswa yang ikut dalam gerakan atau biasa kita kenal
dengan istilah idealisme perjuangan mahasiswa itu sendiri. Kebanyakan Mahasiswa
yang terlibat dalam gerakan tidaklah semuanya murni semata-mata berjuang menuntut keadilan sosial. Melainkan
ada kepentingan-kepentingan lain yang dibawa seperti kepentingan para elit,
kepentingan pemilik perusahaan, kepentingan pribadi dan lain sebagainya intinya
kepentingan yang sudah tidak murni memperjuangkan rakyat.
Contoh kasus, di bidang
politik para aktivis gerakan mahasiswa mau digunakan para elit untuk bergerak menjatuhkan
lawan politiknya. Di persaingan perusahaan, untuk menjatuhkan perusahaan
saingan, para aktivis gerakan mahasiswa juga mau diberdayakan untuk bergerak menjatuhkan
dengan mengupas sisi buruk perusahan saingan tadi. Tentunya mahasiswa mau
dilibatkan dalam hal-hal demikian tidaklah secara gratis. Ada imbalan yang
diberikan oleh para pengguna jasa kepada mereka-mereka yang telah menjadi aktivis-aktivis penghianat tadi. Dan
ketika tiada pengguna jasa yang memanfaatkannya, aktivis gerakan tidak
kehabisan akal. Selalu saja ada cara untuk memenuhi keserakahannya. Para
aktivis serakah ini sangat lihai dalam mencari data kebobrokan-kebobrokan para
pejabat dan pemilik perusahaan yang merugikan rakyat. Dan setelah data didapat
gerakan membela rakyat pun meletus. Akan tetapi alasan memperjuangkan
kepentingan rakyat hanya menjadi selimut
penutup kebusukan para aktivis serakah ini.
Jika
ditimbang-timbang kondisi idealisme mahasiswa senasib dengan agama. Idealnya
idealis mahasiswa itu adalah menghendaki adanya keberpihakan terhadap
kebenaran. Dan itu sangat sejalan dengan agama sebab agama sangat menghendaki
tegaknya suatu kebenaran. Secara logika keberpihakan seseorang itu terhadap
kebenaran sangatlah berat. Hal ini dikarenakan tidak konstannya materi atau
keadaan. Dengan kata lain dikarenakan oleh dinamika hidup yang begitu rumit.
Karena
kerumitan dinamika hidup sehingga juga menjadikan idealisme mahasiswa hanya
sebatas skripsi. Mungkin selama bermahasiswa, ada aktivis pergerakan yang
benar-benar setia pada kebenaran. Ada aktivis pergerakan yang tidak mau
memanfaatkan gerakan hanya untuk mendapatkan lembaran kertas bernilai. Akan
tetapi ketika aktivis tadi selesai bermahasiswa, karena alasan untuk
mempertahankan hidup maka para aktivis yang awalnya setia pada garis perjuangan
kebenaran berbelok arah. Kesalahan-kesalahan yang selama ini, dikritisi saat
bermahasiswa akhirnya dilakukan juga oleh mereka sendiri. Sebanarnya alasan
mempertahankan hidup tadi hanyalah akal-akalan dari para penghianat rakyat ini
untuk menjaga nama baik dari kebusukan tindakan mereka.
Ada pepatah mengatakan salah
paradigma bisa membuat semua langkah dalam hidup kita ikutan salah. Karena kata
Stephen Covey, paradigma itu mirip peta. Jadi jika kita ingin mencari suatu
alamat di kota Kendari tapi kita menggunakan peta Jakarta. Maka sampai kapanpun
alamat tersebut tidak akan ketemu (Boleh Dong Salah 2006:19).
Sama halnya di dunia gerakan mahasiswa, jika
paradigma kita,memahami aktivis sebagai panji pemerang penindasan dan penegak keadilan soisal tetapi alasan menjadi
aktivis gerakan itu agar bisa dikenal atau diperhitungkan oleh masyarakat dan
para pejabat. Bahasa kasarnya itu agar setelah kembali kemasyarakat ketenaran
dan materi bisa kita dapat dengan mudah karena sudah diperhitungkan tadi. Lain
halnya jika paradigma kita, memahami aktivis sebagai panji pemerang penindasan
dan penegak keadilan soisal dan alasan
mejadi aktivis itu untuk memerangi penindasan dan menegakkan keadilan sosial.
Maka yakin dan percaya badai godaan apapun baik itu ketenaran maupun materi
yang banyak. Tidak akan mampu merobohkan idealisme kita sebagai aktivis
pergerakan pejuang keadilan sosial. Kasus-kasus banyaknya mantan aktivis
pergerakan yang idealis berbelok arah menjadi penindas-penindas baru dimasa
sekarang, jika paradigma aktivis maupun calon aktivis pergerakan mengenai
aktivis pergerakan sesuai dengan jalur sebenarnya maka kasus-kasus penghianatan-penghiatan tersebut tidak akan terulang di masa yang
akan datang.[Metropilar Pos]
Status : Mahasiswa Teknik UHO sekaligus sebagai anggota Liga Mahasiswa
Nasional untuk
Demokrasi
(LMND) Kota Kendari
0 komentar:
Posting Komentar