Metropilar Pos -Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009, defenisi pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Pemuda merupakan aset berharga bangsa yang menjadi pelopor perubahan. Lihat saja kepeloporan pemuda dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merintis kemerdekaan. Berabad-abad lamanya Indonesia terjajah oleh bangsa asing. Selama masa penjajahan itu, genderang perlawanan sebenarnya selalu berkumandang. Namun perlawanan-perlawanan itu tidak membuahkan hasil sebab dilakukan oleh orang-perorang atau daerah-perdaerah. Kekalahan demi kekalahan didapat para pejuang kemerdekaan bangsa diwaktu itu, kekalahan-kekalahan ini mendorong kesadaran para pemuda bahwasanya jika Indonesia ingin merdeka dari penjajah maka persatuan itu dibutuhkan adanya. Kesadaran kaum muda akhirnya mewujudkan peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 merupakan bentuk kepeloporan Pemuda nusantara menuju persatuan bangsa Indonesia untuk bebas dari cengkraman bangsa asing.
Bukan
hanya sebelum kemerdekaan, pasca kemerdekaan pula peran pemuda begitu sentral
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tragedi 1966 dan tragedi 1998 menjadi bukti bahwa pemudalah yang menjadi elemen
penting pelopor perubahan. Orde baru dan reformasi merupakan dua karya besar
kaum pemuda di jamannya. Golongan pemuda yang mempunyai andil besar dalam tercapainya
dua era tersebut adalah golongan mahasiswa. Sebab berdasarkan penjabaran Arief
Budiman (kakak Soe Hok Gie), mahasiswa adalah sebuah lapisan masyarakat yang
terdidik yang menikmati kesempatan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Sesuai dengan perkembangan usianya yang secara emosional sedang bergejolak
menuju kematangan dan berproses menemukan jatidiri dan sebagai sebuah lapisan
masyarakat yang belum banyak dicemari kepentingan-kepentingan praktis dan
pragmatis, alam fikiran mahasiswa berorientasi pada nilai-nilai ideal dan
kebenaran. Karena orientasi idealis dan pembelaanya pada kebenaran, sebagian
ahli memasukannya ke dalam cendikiawan.
Di
awal kepeloporannya sebagai pembasmi ketimpangan sosial dan pembela kepentingan
rakyat pada tahun 1966. Nampaknya semangat idealisme para pemuda terkikis
dengan tawaran jabatan yang menggiurkan dari penguasa orde baru atas hadiah
dari keberhasilan menggulingkan rezim orde lama. Para pemuda yang terlibat
menggulingkan orde lama ditawari kursi MPR dan DPR serta pejabat pemerintahan
lainnya oleh pemerintah orde baru. Meskipun banyak pemuda angkatan 1966 yang
menerima tawaran menggiurkan tersebut tetapi ada juga pemuda yang masih setia
dengan idealisme kebenarannya. Salah satunya yakni Soe Hoek Gie yang memilih
terasingkan dari pada hidup dalam kemunafikan seperti yang dilakukan oleh
banyak teman-teman perjuangannya dalam meruntuhkan orde lama (Jasmerah Edisi
Juni-Juli 2013 : 29).
Jadi
semenjak runtuhnya rezim orde lama banyak kaum pemuda yang meninggalkan
idealisme kebenarannya dan terjun ke dunia politik praktis. Hingga sampai di
era reformasi, karena alasan perut dan gaya hidup hedon (senang-senang) tak
sedikit kaum pemuda intelektual (mahasiswa) terjerumus dalam politik praktis
yang dilakukan para elit yang haus akan jabatan. Para elit haus jabatan ini
merupakan kaum-kaum bermodal. Jadi para elit ini tak segan-segan
menghambur-hamburkan banyak uang kepada kaum pemuda intelektual. Bagi kaum
pemuda yang tidak kuat idealismenya pasti akan termakan siasat politik praktis
ini. Kenapa kaum pemuda
intelektual yang jadi sasaran ? Sebab berdasarkan informasi KPU mengenai daftar
pemilih tetap pada 2014, 40% pemilih adalah kaum pemuda.
Pemuda adalah generasi
penerus bangsa. Generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan bangsa. Pemuda juga adalah penerus perpolitikan Indonesia. Kita
ketahui bersama system politik Indonesia dewasa ini hanya memihak kepada kaum
kapitalis. Sistem yang menempatkan uang sebagai daya tarik utama untuk dipilih
oleh masyarakat. Kamampuan atau kinerja baik seseorang bertekuk lutut dihadapan
uang. Dan jika sudah sedari awal kaum muda digiring
ke arah politik kapital. Maka selamanya perpolitikan banggsa ini terbawa arus
politik kapital. Selamanya kaum kapital (pemilik Uang) akan berjaya dalam
panggung politik nasional maupun daerah. Jika system politiknya tidak sehat
otomatis pemimpin yang lahirpun tidak sehat pula. Pemimpin yang tidak lagi
memikirkan rakyat, sebab dia sendiri dipilih bukan karena hati nurani rakyat
melainkan karena hamburan uang banyak yang sampai ke tangan rakyat.
Rakyat Indonesia sudah akrab dengan kesengsaraan. Ketika kaum
kapitalis datang membeli suara mereka dengan harga tinggi, rakyat tak akan
menolak. Rakyat tak tahu jikalau transaksi suara ini akan menjadikan
pejabat-pejabat semena-mena kepada mereka nantinya. Rakyat Indonesia mayoritas masih
berada di alam kebodohan dan gampang ditipu oleh para pejabat. Tidak seperti
kaum pemuda (mahasiswa) yang merupakan kaum intelektual. Yang semestinya sebagai
pahlawan sosial bagi rakyat. Hanya satu kunci untuk bangsa ini lepas dari
kemunduran. Pemuda bangsa ini harus sehat secara fisik dan sehat secara moral.
Supaya nantinya pemuda-pemuda yang sehat ini dapat menggantikan para
pejabat-pejabat tua yang memiliki fisik sehat namun moralnya sakit.[Metropilar Pos]
Penulis : Komarobheano
0 komentar:
Posting Komentar