Kamis 29 September 2016
Metropilar Pos - Sekelompok mahasiswa
yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pemerhati Rakyat (AMPERA) Sultra kembali
mengadakan aksi unjuk rasa di depan kejaksaan tinggi propinsi Sulawesi
Tenggara. Aksi unjuk rasa ini merupakan untuk yang kelima kalinya dilakukan dan
dengan isu yang sama yakni kembali menegaskan agar kasus korupsi pembangunan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Konawe Utara agar segera diusut tuntas.
Dalam orasinya para orator meminta kepada pihak Kejaksaan Tinggi sulawesi
Tenggara agar transparan dan tidak ada permainan dalam penanganan kasus
tersebut serta menghimbau kepada pihak kejaksaan tinggi agar segera memanggil
Satker Persampahan Konawe Utara untuk diperiksa.
Seperti halnya aksi-aksi
sebelumnya, pembakaran ban pun dilakukan. Dari tiga ban yang dibawa oleh para
pengunjuk rasa untuk tahap awal hanya satu yang di bakar. Tak berselang lama
ada salah satu oknum yang bergegas mencoba memadamkan ban yang sudah menyala
tadi. Kemudian dua ban yang belum terbakar dicelupkan ke got oleh oknum
tersebut. Disinyalir oknum tersebut adalah preman yang sudah dipersiapkan untuk
menghentikan unjuk rasa yang dilakukan oleh AMPERA Sultra pada saat itu.
Ternyata preman tersebut jumlahnya bukan hanya satu orang akan tetapi jumlahnya sekitar 10 orang. Preman-preman ini akhirnya mencoba
mengintervensi dan memaksa orator-orator yang berada di atas mobil angkot (pete-pete)
agar segera turun dari mobil dan berhenti berunjuk rasa. Tidak hanya itu mereka
pun mengancam pak supir mobil agar menjauhkan mobilnya dari pintu gerbang
Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara.
Untungnya pihak kepolisian yang mengawal jalannya unjuk rasa cepat tanggap. Hal
yang tidak diinginkan pun akhirnya dapat
terhindarkan.
Keberadaan
preman-preman ini sangat mengagetkan bagi para pengunjuk rasa. Kejanggalan
begitu nampak sekali, preman-preman tersebut rupanya sudah berjaga di depan
kejaksaan tinggi Sulawesi Tenggara sebelum datangnya masa pengunjuk rasa.Pertanyaan
besar siapkah orang dibalik preman-preman ini..? Banyak yang berspekulasi
preman-preman ini merupakan orang-orang bayaran dari oknum yang tersangkut
dengan kasus TPA sampah Konawe Utara yang sementara diperjuangkan oleh Ampera
Sultra.
Masih hangat dalam
ingatan kita, beberapa waktu lalu terjadi kasus pemukulan para demonstran oleh
preman-preman dalam kampus UHO. Preman-preman kini ikut menendang bola dalam pergerakan
mahasiswa. Dan rupa-rupanya pejabat birokrasi masa kini mulai memberdayakan
preman-preman untuk membendung gerakan-gerakan unjuk rasa yang mengkritisi
kebobrokan tindakan mereka. Dengan banyaknya uang yang dimiliki para pejabat
ini selalu memuluskan segala kepentingan mereka.
Sungguh betapa bobrok
pejabat negeri ini, sebab sudah dipenuhi para pejabat yang tak tahan kritik.
Pejabat yang sibuk memperkaya diri, pejabat yang menutup telinga ketika
mendengar keluhan-keluhan rakyat, pejabat yang menutup mata ketika melihat
penderitaan rakyatnya dan pejabat yang menutup hati ketika hendak melakukan
penindasan terhadap rakyatnya.
Olehnya itu penulis menghimbau, Kepada para kativis
yang masih setia pada garis perjuangan kebenaran. Janganlah takut, sebab preman
belum seberapa. Lihat saja perjuangan kawan-kawan pendahulumu, di depan moncong
senjata mereka masih mampu dengan lantangnya meneriakan kebenaran.
Kepada para aktivis yang masih setia pada garis
perjuangan kebenaran. Janganlah bungkam, sebab apabila kau bungkam niscaya
ketidakadilan akan duduk kokoh di singgasana kejayaannya. Jadi kawan-kawan seperti
Almarhum Wiji Tukul katakan : Hanya Satu Kata => Lawan ...!
0 komentar:
Posting Komentar