Metropilar Pos - Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba ( KPRA) Kementerian Kesehatan RI, dr. Harry Parathon , SpOG mengatakan, resistensi antibiotik membuat pasien menjadi sulit sembuh saat terinfeksi.
Harry mencontohkan, ada pasien yang menjalani operasi caesar. Namun, bekas jahitannya tak juga sembuh karena sudah terinfeksi bakteri yang resisten. Akibatnya, jahitan tersebut terus menjadi luka terbuka meski telah dijahit berulang kali. "Sudah tidak ada antibiotik yang bisa mengatasi bakterinya. Jadi ya pemakaian antibiotik dihentikan karena sudah enggak mempan. Mau operasi canggih kayak apapun belum ada yang mempan kalau sudah resistensi,". Harry menuturkan, resistensi antibiotik menyebabkan biaya pengobatan jadi lebih tinggi dan pasien akan lebih lama dirawat di rumah sakit. Misalnya, operasi caesar biasanya pulih dalam waktu tiga hari, tapi pada pasien yang telah resistensi antibiotik bisa berbulan-bulan dirawat di rumah sakit. Pada akhirnya, resistensi antibiotik bisa menyebabkan kematian.
Penanganan pasien yang telah mengalami resistensi antibiotik pun harus dilakukan secara khusus. "Pasien yang resistensi antibiotik diisolasi karena bisa terjadi transmisi bakteri resisten ke pasien lain," jelas Harry.
Resistensi antibiotik bisa disebabkan oleh pemakaian antibiotik yang berlebihan, baik pada manusia maupun hewan ternak. Harry mengingatkan, hanya penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang boleh diberikan antibiotik, tapi faktanya banyak penyakit yang dipicu oleh virus namun diobati antibiotik.
Editor : Sahrul Husu
Sumber : Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar