Oleh : Rosidul Majid
Saya menyebutnya dengan tragedy berdarah karena matinya demokrasi ilmiah kampus, dengan
nampaknya fenomena alay yang totaliter.
Teguran untuk
kawan-kawan mahasiswa UHO bilamana
sedang membaca tulisan ini, saya harapkan dapat memaknai dengan perspektif yang
kritis tanpa ada kesan dogma yang terlalu berlebihan. Kampus kita hari ini
sedang dalam perbaikan pendataan mahasiswa illegal/ kita dengan nada popular
menyebutnya tidak tergistrasi di florap dikti (website resmi:
forlap.dikti.go.id) masih ingatkah kita yang lalu tentang :
a. Penurunan uang kuliah tunggal (UKT) akan
dilaksanakan setelah mahasiswa melakukan pengisian form aduan mahasiswa
mengenai Komplain UKT yang didapatkan di wakil dekan II bidang perencanaan dan
keuangan fakultas masing-masing dengan janji manisnya baca: http://zonasultra.com/nilai-ukt-mahasiswa-baru-uho-masih-bisa-turun-begini-caranya.html.
sampai hari ini belum terealisasi, berita tersebut di muat tanggal 24 agustus
2016 untuk kepentingan politik menjawab aksi mahasiswa tentang penolakan UKT
waktu itu. Dan sudah menyebrang semester namun belum terealisasi
b. Pembuatan film mengejar embun dari muna ke eropa
menghabiskan dan sekitar Rp. 7 miliar yang diduga menggunakan dana UKT
mahasiswa dalam pembuatan filmnya, saya sudah nonton filmnya namun benar yang
dikatakan di media online bahwa filmnya terkesan narsis dan tidak sepenuhnya menceritakan
pelestarian budaya tapi hanya auto biografis dari adaptasi kisah bapak itu.
Baca: https://kabarkendari.com/film-mengejar-embun-eropa-berbau-korupsi.
Ini mungkin sudah bisa saya sebut kisah
kasih disekolah , bagaikan mahasiswa yang kembali menjadi siswa tidak mengerti
dengan keilmuan nya hanya patuh terhadap dogma-dogma
c. Mahasiswa UHO diwajibkan untuk mengikuti MHMMD
(mengelola hidup merencanakan masa depan) ya masih terngiang ibarat lagu merdu yang tersimpan di memori , MHMMD
kerjasama dengan ibu Marwah Daud Ibrahim seorang prof yang ikut terseret
namanya menjadi murid dari kanjeng dimas yang diklaim sesaat baca: https://m.tempo.co/read/news/2016/10/01/063808764/bela-habis-dimas-kanjeng-siapakah-marwah-daud-ibrahim.
kita dibutakan dengan peraturan totaliter kampus yang hanya diklaim oleh perorangan
saja dan tidak mengedepankan prinsip keadilan dan demokratis yang di
idam-idamkan oleh para mahasiswa.
d. Saya ingin menambahkan satu hal yang sekarang
didambakan oleh para mahasiswa yaitu kapan para mahasiswa akan melaksanakan
pesta demokrasi pemilu raya kelembagaan mahasiswa universitas halu oleo.
Jawabannya tidak akan jauh melenceng yaitu
selepas pemilihan rektor dan pemberangkatan KKN 2017
Demikianlah
hal-hal yang berbau sangat penting bagi sikap kemahasiwaan kita, jangan
beranggapan ini hanya akan terjadi di waktu-waktu tertentu untuk kepentingan
politik rector/pemilu rektor, namun ini bagian terstruktur untuk mengedepankan
teori social modern yang hanya mementingkan metode penelitian tertentu tanpa
mempertimbangkan masalah kemasyarakatan inilah yang dikritik oleh teoritikus
social berparadigma teori kritis. Baca: teori-teori sosiologi.
Meminjam salah
satu pepatah melayu sebagai penyemangat kita bersama, ibaratkan pinang dibelah
dua, kita sudah terlalu kembar dengan budaya totaliter dipemerintahan Negara
fasis bedanya sekarang masuk kedalam pemerintahan kampus yang dipimpin oleh
rektor dan mantan , serta kroni-kroninya.
Lawan budaya feudal kolot,
komesialisasi pendidikan, tolak militerisme. Tolak Wintoisme
Galang Persatuan Nasional ,
berpikir untuk bergerak !!
Merdeka !! sampai mati!!
Kendari
,13 Maret 2017
0 komentar:
Posting Komentar