Sejarah
Gerakan Revolusioner Mahasiswa Indonesia
Mahasiswa
merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang memiliki sejarah besar dalam
beberapa chapter cerita perjalanan bangsa Indonesia. Social Of Control maupun Social
Of Change benar-benar layak disandang mahasiswa, terbukti sejarah
perjalanan bangsa dipaksakan untuk menggoreskan nama mahasiswa sebagai
penghapus kezaliman orde lama dan orde baru. Apa yang telah dicapai oleh
generasi emas mahasiwa Indonesia (angkatan 66 dan angkatan 98) telah mengundang
sanjungan dan eluhan-eluhan masyarakat golongan lain kepada mahasiswa. Di mata
masyarakat pada umumnya mahasiswa tak ubahnya sebagai Herro (pahlawan) yang diutus Tuhan ke bumi untuk mereparasi
keabnormalan sosial akibat ulah penguasa zalim.
Semasa
dunia internasional belum kondusif akibat kegaduhan perang, motor penggggerak
revolusioner adalah kaum buruh. Buruh
adalah senjata ampuh untuk mengulingkan kekuasaan seperti yang terjadi pada
revolusi prancis. Di masa dunia internasional sedikit kondusif ditandai dengan
mulai nampaknya pintu perdamain dunia, kala itu Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) telah lahir. Ada dua kekuatan besar gerakan revolusioner yang
menggantikan peran kaum buruh berjuang dalam
merebut kekuasaan yakni geriliya militer seperti nampak berhasil di Kuba dan
metode demontrasi massa yang dipelopori mahasiswa seperti yang terjadi di
detik-detik terakhir kekuasaan orde lama (Indonesia).
Berdasarkan contoh kasus yang terjadi di Kuba
dan Indonesia tersebut terlihat perbedaan signifikan antara dua cara perebutan
kekuasaan yang terjadi pada ke dua negara tersebut. Geriliya militer yang di
tempuh oleh tokoh revolusioner Kuba berjuang untuk menggulingkan kekuasaan untuk di gantikan oleh mereka sendiri (pelaku
gerliya militer). Lain halnya demonstrasi mahasiswa pada 1966 tidak bertujuan
untuk merebut kuasaan melainkan ada pihak yang memanfaatkan kekutan mahasiswa
untuk merebut kekuasaan. Perjuangan mahasiswa layaknya anak tangga menuju
kekuasaan yang di manfaatkan rezim pengganti.
Sampai
akhirnya rezim orde lama berganti menjadi rezim orde baru, rezim baru yang
diharapakan mahasiswa lebih-lebih diharapkan oleh rakyat dapat menajadi master
of solution segala keabnormalan sosial di masa orde lama sehingga
mendorong mahasiswa berontak dan melakukan gerakan besar-besaran. Kobaran api
semangat perjuangan mahasiswa yang dilandasi tujuan suci diredupkan begitu saja
oleh rezim pengganti (orde baru). Untuk membungkam mulut mahasiwa, orde baru
merangkul beberapa tokoh mahasiswa yang memiliki andil besar dalam gerakan
mahasiswa 66. Mereka (beberapa otak gerakan mahasiswa 66) di pelihara oleh
rezim orde baru dan ditempatkan di kandang parlemen. Sontak hal ini mengalami
pengecaman dari beberapa tokoh mahasiswa yang menganggap keliru langkah
beberapa mahasiswa 66 yang mengambil hadiah atas jasa gerakan yang dilakukannya
untuk mengiringi kejatuhan orde lama.
Tak beda jauh dengan pentolan-pentolan
aktivis 98, aktivis yang gagah berani menerobos benteng militer orde baru dan
berhasil menjatuhkan Soeharto Sang diktator. Rezim yang menyibukkan tugas
malaikat Israil, akibat banyaknya nyawa yang lenyap dan sebagian besar jasad
maupun tulang-belulangnya tidak tertemukan. Belum ada data pasti yang dapat
menggambarkan jumlah matematis korban nyawa akibat kekejian rezim orde baru.
Penderitaan rakyat indonsia yang berkepanjangan hasil karya orde baru telah melenyapkan rasa takut
akan kehilangan nyawa generasi mahasiswa 98 untuk melawan dan terus melawan. Rezim reformasi lahir, mahasiswa kembali mendapat sanjungan dan
eluhan dari sebagian besar rakyat Indonesia.
Gerakan Revolusioner
Mahasiswa Yang Dirindukan
Era reformasi kini akan memasuki usia 19
tahun namun permasalahan demi permasalahan tak henti-hentinya melanda bangsa
ini. Arus globalisasi dunia telah menguatkan hegemoni asing untuk menaruh
pengaruh di dalam negara Indonesia. Segala kebijakan penguasa telah menguatkan
sayap-sayap asing untuk terbang mengelilingi hamparan kepulauan Ibu Pertiwi dan
mencari serpihan-serpihan harta karun yang banyak terkandung di dalamnya.
Kezaliman
orde baru begitupun anggapan dari kezaliman orde lama tidaklah seberapa jika
dibandingkan dengan hegomoni asing yang semakin hari terus mempraktekkan taktik
Neo-liberalnya untuk merongrong kedaulatan ekonomi dan politik bangsa ini.
Selamanya bangsa Indonesia tak akan menjadi bangsa maju jika masih terus membiarkan
Asing membesarkan perut ekonominya dari hasil kekayaan alam Indonesia.
Diperlukannya sebuah tindakan berani dari pemimpin (Presiden) Negara Indonesia
untuk tidak berkompromi lagi dengan Asing. Jika orang nomor satu negeri ini masih
takut untuk mengusir asing, maka sudah waktunya mahasiswa kembali menunjukkan
tajinya dengan melakukan sebuah gerakan revolusioner besar-besaran seperti
halnya gerakan mahasiswa 66 ataupun gerakan mahasiswa 98 untuk mendesak
pemerintah melenyapkan segala bentuk praktek neoliberal yang dilakukan bangsa
asing di Indonesia.
Gerakan Revolusioner Baru Yang
Sukar Terwujud
Berbagai permasalahan telah menimpa nasib
gerakan mahasiswa mulai krisis antusias hingga krisis moral para pelaku gerakan
mahasiswa. Kedua hal ini merupakan buntut dari laju globalisasi yang dibarengi
perkembangan teknologi diberbagai sektor terkhusus di media informasi, media
informasi banyak menyuguhkan pertunjukkan gaya hidup glamor yang terbalut
budaya borjuis/kapital asing dan hal ini mempengaruhi watak mahasiswa sehingga
terjebak dalam dunia hedon.Semakin tenggelamnya mahasiswa di dalam dunia hedon sehingga
memicu lahirnya apatisme pada diri sebagian besar mahasiswa untuk terjun di
dunia gerakan.
Kekuatan
gerakan mahasiswa kini teramat kecil, meskipun demikian kekuatan kecil ini tak
henti-hentinya melakukan gerakan sebagai manifestasi dari social of control and Social
Of Change yang melekat pada label mahasiswa. Kekuatan kecil gerakan
mahasiswa tersisa, meski rutin melancarkan aksi di jalan tapi aksi ini tidak
sepenuhnya dilandasi tujuan suci, tak jarang ditemukan sebagian mahasiswa yang
konsisten pada gerakan memanfaatkan gerakan untuk tujuan pribadi. Entah untuk
meraup Rupiah dari hasil jualan gerakan yang dilakukan ataupun kasus baru yang
tidak di sadari mahasiswa pada umumnya yakni gerakan mahasiswa kini telah
menjadi wadah untuk mencari pengaruh agar dapat diperhitungkan status
sosialnya.
Aktivis-aktivis
mahasiswa masa kini berlumba-lumba untuk menjadi terkenal layaknya seorang
artis di dunia hiburan. Panggung gerakan tak ubahnya sebagai panggung sandiwara
untuk mencari kepopuleran bagi aktivis, perjuangan atas nama rakyat hanya
menjadi sebuah seruan kepalsuan sebagai siasat untuk menarik perhatian dan
pengakuan. Artis-artis hiburan kini beramai-ramai terjun kedunia politiik,
begitupun juga para aktivis mahasiswa, panggung gerakan hanya di jadikan batu
loncatan untuk memperoleh jabatan di lembaga kemahasiswaan. Para aktivis yang
gila kepopuleran tidak akan berhenti melakukan gerakan, namun gerakan yang
dilakukannya tergantung momentum agar bisa menjaga kepopuleran yang sudah di
raih.
Tidak
hanya itu, hal lain yang menyebabkan redupnya dunia gerakan mahasiswa adalah
terjadinya inkonsistensi pada diri aktivis mahasiswa. Awalnya penuh dengan
kobaran semangat berapi-api saat berjuang ke jalan kemudian anehnya ketika
sudah memasuki tenggang penyelesaian studi akhir (skripsi) jiwa berontak
menjadi jinak layaknya kucing rumahan.
“
Biarkan generasi baru untuk berproses, sudah waktunya memberi kesempatan kepada
mereka, sekarang waktunya fokus menuju sarjana” sedikit luapan alasan aktivis
yang telah menjadi kucing jinak. Kucing jinak dan semakin jinak ketika sudah
keluar kampus langsung segera menawarkan diri untuk dipelihara oleh para elit/
pemilik modal. Lama-kelamaan kucing jinak ini menjelma menjadi elit baru yang
bewatak penindas. Dahulu si kucing jinak (mantan aktivis) berjuang untuk
kepentingan rakyat dan kini telah menjadi sosok penindas baru.
Mahatma
Gandhi pernah berkata "You must be
the change you want to see in the world." = Kau sendiri mesti menjadi perubahan seperti yang kauinginkan terjadi dalam dunia ini. Inti dari perkataan Gandhi yakni
Perubahan mesti dimulai
dari diri sendiri. Kebanyakan aktivis begitu semangat
menggenjot terjadinya keadilan sosial. Suatu kemustahilan tercapainya keadilan
sosial jika keadilan sosial tersebut dijemput aktivis-aktivis berwatak borjuis.
Jika sudah demikian, yang akan terjadi pasti banyak gerakan mahasiswa mengantri
di penggadaian, banyak aktivis yang lihai mencuri momentum bak artis di dunia
hiburan, banyak aktivis yang di hentikan skripsi dan banyak aktivis ketika
keluar kampus berkhianat menjadi kucing jinak para elit atau bahkan elit baru
yang berwatak penindas. Namun jika keadialan sosial diperjuangkan oleh
aktivis-aktivis berwatak sosial niscaya keadilan sosial itu akan terwujud. Tentunya watak sosial yang akan dipegang
teguh sampai maut menjemput seperti halnya Tan Malaka ataupun Che Guevara yang
berjuang dan memegang teguh watak sosialnya sampai maut mereka terenggut.
Terakhir,
kepada semua pelaku gerakan mahasiswa yang masih senantiasa berjuang,satu
pertanyaan pamungkas : Iklaskah Hari ini Anda Berjuang . . .?
Penulis : La Ode Abdul Wahid
Status :
Mahasiswa Elektro Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari sekaligus
Sebagai Anggota Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Kota
Kendari
0 komentar:
Posting Komentar