![]() |
Ilustrasi |
Metropilar Pos - Akhir-akhir ini, Gerakan mahasiswa di Sulawesi
Tenggara (Sultra) terkhusus di Kota Kendari sedang tumbuh Bak Jamur Dimusim
Hujan. Segala macam golongan ikut menyurakan tuntutan-tuntutan mereka. Dari
Issue Nasional sampai tingkat Daerah seperti kasus Korupsi, HAM, Penistaan
Agama sampai penganiayaan Pelajar SMK Negeri 2 Raha oleh Oknum Kepolisian Resor
Muna, serta yang cukup besar terkait kasus Djalil. Bahkan tuntutan dalam dunia
pendidikan juga disuarakan. Dari persoalan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sampai
bobroknya sistem Bidikmisipun tidak terelewat disuarakan oleh kaum-kaum
pergerkan mahasiswa kita.
Hal tersebut juga menjadi pertanda bahwa Mahasiswa
Sultra tidak menutup mata akan apa yang menjadi persoalan dibangsa ini. Namun, banyak
kalangan lain yang memberi pertanyaan, seperti; apakah Gerakan Mahasiswa Sultra
sudah dapat menghimpun satu kekuatan besar dalam artian membangun satu Gerakan
yang tidak terpecah belah? Dari pertanyaan tersebut, kalau boleh kita ganti
pertanyaannya menjadi, Mengapa Gerakan Mahasiswa Sultra selalu terpecah-pecah
antara satu lembaga dengan lembaga lain atau satu golongan dengan golongan yang
lain?
Sebelum kita menjawab pertanyaan diatas, mari kita
kaji sedikit tentang Gerakan Mahasiswa di Sulra saat ini.
Pada umumnya Gerakan Mahasiswa di Sultra memang cukup
diancungi jempol. Namun bukan berarti selalu jempol keatas melulu, ada juga beberapa
Gerakan mahasiswa yang mendapat jempol kebawah. Mengapa demikian? Hal tersebut
diakibatkan Pertama, adanya penyakit Egosentrisme
dari kalangan kekuatan mahasiswa itu sendiri. Egosentrisme yang dimaksud disini
ialah adanya kekuatan mahasiswa yang menganggap tidak membutuhkan kekuatan lain
dalam pembangunan Gerakan massa mahasiswa. Golongan ini mengaggap bahwa hanya
golongannyalah yang menjadi pusat dari kekuatan mahasiswa itu sendiri dan
ketika turun kejalan-jalan hanya akan membandingkan diri dengan kekuatan lain
tanpa dapat menyatukan Issue.
Kedua, Tidak adanya Tokoh yang dapat menghimpun seluruh
kekuatan Gerakan Mahasiswa. Tokoh yang dimaksud disini adalah Sosok Pimpinan
Gearakan Mahasiswa yang mampu mempersatukan semua kekuatan, semua golongan dan
semua kecenderungan dari seluruh kekuatan mahasiswa dari Nasionalis sampai
Agamis, dari keuatan skala Nasional sampai pada tingakat Daerah yang ada di
Sultra.
Dan yang Ketiga,
tidak adanya penyatuan Issue Central (Pusat
Isu). Yang dimaksud disini yaitu seluruh kekuatan mahasiswa yang ada belum
mampu melahirkan satu Issue pokok
yang akan menghubungkan antara kekuatan satu dengan yang lain untuk
didiskusikan secara kelembagaan atau antar lembaga mahasiswa. Walaupun sudah
ada kekuatan mahasiswa yang mengkampanyekan Issue
yang dianggap pokok, namun belum mampu merangkul semua kekuatan Gerakan
Mahasiswa yang ada di Sultra.
Jadi, untuk menjawab pertanyaan diatas, maka seluruh
kekuatan Gerakan Mahasiswa yang ada di Sultra harus menyelesaikan terlebih
dahulu yang menjadi hambatan pemersatu Gerakan Mahasiswa jika ingin mendapat
kekuatan yang besar dan sadar serta terorganisir bukan hanya sekedar banyak dan
menjadi massa cair dijalan-jalan yang akhirnya hanya akan menjadi Gerakan
Mahasiswa yang pincang.
Akhir kata saya mengutip perkataan salah satu
sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer “Disini bukan surga, tapi
dunia. Semua masalah harus diselesaikan”.
HIDUP MAHASISWA…
0 komentar:
Posting Komentar